Assalamu'alikum Wr. Wb..
Allah telah memberikan amanah yang
sangat besar di dalam kehidupan kita. Dimana amanah tersebut seharusnya
kita tunaikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Nya. Amanat tersebut
berupa anak yang telah diberikan kepada kita, kita telah diperintahkan untuk
melepaskan diri, keluarga, dan termasuk anak kita dari api neraka jahannam.
“Wahai orang orang
yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang
bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, padanya ada malaikat yang kasar,
mereka tidaklah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka
dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.”
Allah telah menjadikan kita sebagai pemimpin bagi keluarga kita, yang tentunya kita juga akan dimintai pertanggung jawaban. Maka seharusnya suami dan istri saling bekerjasama dalam membina keluarga, karena masing-masing akan dimintai pertanggung-jawaban.
Allah telah menjadikan kita sebagai pemimpin bagi keluarga kita, yang tentunya kita juga akan dimintai pertanggung jawaban. Maka seharusnya suami dan istri saling bekerjasama dalam membina keluarga, karena masing-masing akan dimintai pertanggung-jawaban.
“Setiap kalian adalah
pemimpin, dan akan dimintai pertanggung-jawaban, maka seorang imam adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang suami adalah
pemimpin keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang istri
adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan
seorang budak adalah pemimpin pada harta majikannya dan akan dimintai
pertanggung-jawaban, maka ketahuilah bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggung-jawaban.”
“Allah telah mewasiatkan di dalam perkara anak-anak kalian”
“Allah telah mewasiatkan di dalam perkara anak-anak kalian”
Maka orang tua hendaknya bertanggung
jawab terhadap keluarga dan keturunannnya, jangan sampai dia dan keturunannnya
mendapatkan kemurkaan dari Allah. Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan
pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi
anak yang shalih. Rasulullah bersabda dalam hadits Ibnu Abbas dalam riwayat
Tarmidzi
“Wahai anak kecil,
sesungguhnya aku mengajari engkau beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah
akan menjagamu, jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan Allah di hadapanmu,
apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon
pertolongan maka mintalah kepada Allah”
Dalam hadits ini menunjukkan perhatian
beliau yang besar dalam mendidik anak kaum muslimin. Terlebih bagi mereka yang
telah menjadi kepala keluarga, wajib bagi mereka mengajarkan agama Allah baik
berupa tauhid, akhlaq, adab, dsb karena semuanya adalah tanggung jawab dari
orang tua. Saat rasulullah melihat seorang anak kecil yang makan dengan adab
yang jelek, maka beliau bersabda
“Wahai anak kecil,
apabila engkau makan maka bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu,
makanlah mulai dari yang dekat denganmu.”
Demikianlah Rasulullah memberikan
pelajaran kepada anak-anak kaum muslimin dengan pelajaran yang diperintahkan
oleh Allah. Sebelum datang suatu hari yang menghancurkan dunia ini, hari dimana
seseorang akan lari dari saudaranya sendiri, dari bapak dan ibunya, dan dari
istri dan anak-anaknya. Pada hari inilah kita mempertanggung jawabkan kehidupan
kita di dunia, kita tidak bisa lagi mendidik anak-anak kita karena kesempatan
tersebut hanya di dunia saja. Pendidikan anak-anak perlu kita perhatikan karena
merekalah kebahagiaan atau kesedihan bagi kita.
“Sesungguhnya harta
dan anak-anak kalian adalah fitnah”
Karena itu disamping kita mendidik dan
mengarahkan anak-anak kita kepada Islam, tentunya kita tetap menyerahkan
hasilnya kepada Allah. Karena yang dapat memberikan hidayah hanyalah Allah.
Allah yang akan menentukan mereka mendapat petunjuk atau menjadi tersesat.
Ketika Nabi Isa baru lahir dan ditanya
oleh Bani Israil, maka Nabi Isa menjawab, “sesungguhnya aku adalah hamba
Allah, Allah yang telah memberikan kepadaku Al Kitab dan menjadikan aku sebagai
Nabi. Dan menjadikan aku diberkahi dimanapun aku berada, dan Allah yang
mewasiatkan kepadaku untuk menegakkan shalat dan zakat selama aku masih hidup.”
Kemudian dari pernyataan Nabi Isa
tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah-lah yang telah menjadikan beliau
sebagai orang yang shalih, sebagai seorang Nabi, dan sebagai orang yang
menerima kitab suci. Kemudian perkataan Nabi Isa yang lainnya:
“Dan Allah yang telah menjadikan aku sebagai anak yang berbakti kepada orang tuaku dan tidak menjadikan aku sebagai orang yang keras dan kasar.”
“Dan Allah yang telah menjadikan aku sebagai anak yang berbakti kepada orang tuaku dan tidak menjadikan aku sebagai orang yang keras dan kasar.”
Maka apabila kita mengetahui hal ini
seharusnya kita berusaha sebaik-baiknya, memohon pertolongan kepada Allah, agar
anak keturunan kita dapat menjadi generasi yang shalih. Pertolongan dari Allah
kita perlukan karena hidayah itu hanya datang dari Allah, bahkan Nabi Nuh tidak
dapat memberikan hidayah kepada anaknya.
Berkata Nabi Nuh terhadap anaknya, “Wahai Anakku, marilah berlayar bersamaku, dan janganlah kamu bersama orang yang kafir”, jawab anaknya, “Aku akan berlindung ke puncak gunung yang dapat menjauhkan aku dari air”. Nabi Nuh berkata, “Pada hari ini tidak ada yang dapat terjaga dari perintah Allah kecuali yang disayangi oleh Allah. Wahai Rabbku sesungguhnya anakku adalah termasuk dari keluargaku, dan sesungguhnya janjimu adalah benar dan engkau adalah Dzat yang maha bijaksana”, jawab Allah, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk dari keluargamu, karena dia beramal yang tidak baik. Maka jangan engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu di dalamnya, sesungguhnya Aku mengingatkanmu agar engkau tidak termasuk orang-orang yang bodoh”, jawab Nabi Nuh, “Wahai Rabbku, kalau seandainya engkau tidak mengampuni dan dan menyanyangi aku maka benar benar aku akan menjadi orang orang yang merugi.”
Berkata Nabi Nuh terhadap anaknya, “Wahai Anakku, marilah berlayar bersamaku, dan janganlah kamu bersama orang yang kafir”, jawab anaknya, “Aku akan berlindung ke puncak gunung yang dapat menjauhkan aku dari air”. Nabi Nuh berkata, “Pada hari ini tidak ada yang dapat terjaga dari perintah Allah kecuali yang disayangi oleh Allah. Wahai Rabbku sesungguhnya anakku adalah termasuk dari keluargaku, dan sesungguhnya janjimu adalah benar dan engkau adalah Dzat yang maha bijaksana”, jawab Allah, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk dari keluargamu, karena dia beramal yang tidak baik. Maka jangan engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu di dalamnya, sesungguhnya Aku mengingatkanmu agar engkau tidak termasuk orang-orang yang bodoh”, jawab Nabi Nuh, “Wahai Rabbku, kalau seandainya engkau tidak mengampuni dan dan menyanyangi aku maka benar benar aku akan menjadi orang orang yang merugi.”
Akan tetapi seorang anak yang shalih
dapat menjadi sebuah permata yang sangat indah. Seperti Nabi Ismail terhadap
Nabi Ibrahim, ketika Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Anakku, sesungguhnya
aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu? Wahai Bapakku,
lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan niscaya engkau akan mendapatiku
termasuk orang orang yang bersabar.”
Lihatlah bagaimana jawaban dari anak
yang shalih kepada bapak yang shalih, padahal mereka berdua diperintahkan untuk
mengerjakan suatu hal yang sangat berat. Demikianlah kisah dari keluarga yang
shalih, apabila seorang anak telah dijadikan sebagai seorang yang shalih oleh
Allah, maka hal tersebut mungkin akan menjadi sebab baiknya kedua orang tuanya,
tetapi apabila anak tersebut jelek, mungkin hal tersebut akan menjadi sebab
kekafiran kedua orang tuanya.
Sebagaimana Allah telah mengingatkan
kita dalam kisah Nabi Khidr dan Nabi Musa. Ketika Allah memerintahkan Nabi
Khidr untuk membunuh seorang anak kecil, kemudian nabi Musa berkata, “Kenapa
engkau membunuh seorang jiwa padahal dia tidak membunuh jiwa yang lain ?,
sungguh Engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar”, jawab Nabi Khidr,
“Bukankah sudah aku katakan bahwa Engkau tidak akan mampu bersabar
bersamaku ?”.
Kemudian di akhir kisah Nabi Khidr
menjelaskan alasannya. Beliau melakukan hal tersebut karena anak kecil yang
beliau bunuh sesungguhnya memiliki dua orang tua yang shalih. Dan beliau takut
anak tersebut akan memaksa kedua orang tuanya menuju kekafiran, maka beliau
ingin agar Allah memberikan ganti anak yang lebih shalih dan lebih penyayang
kepada kedua orang tuanya.
Pada ayat ini disebutkan bahwa seorang anak
dapat menjadi sebab kekafiran kedua orang tuanya. Maka anak adalah jaminan
terhadap kelurusan agama kita, oleh karena itu barang siapa yang ingin
istiqomah di dalam agama ini, maka hendaknya dia mendidik anaknya dengan
keshalihan, karena hal tersebut diharapkan menjadi penyebab Allah memberikan
kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Khutbah ke dua.
Dan termasuk kebiasaan orang yang shalih adalah berdoa agar keturunannya diperbaiki agamanya.
“Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami dari istri dan anak sebagai pelembut dan penenang jiwa kami. Dan jadikanlah kami semua (suami, istri dan anak) sebagai pemuka orang yang bertakwa.”
Dan termasuk kebiasaan orang yang shalih adalah berdoa agar keturunannya diperbaiki agamanya.
“Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami dari istri dan anak sebagai pelembut dan penenang jiwa kami. Dan jadikanlah kami semua (suami, istri dan anak) sebagai pemuka orang yang bertakwa.”
Rasulullah mendoakan Hasan dan Usamah
bin Zaid dalam hadits riwayat imam Bukhari, “Ya Allah, sesunggguhnya aku
mencintai keduanya, maka cintailah kedua anak ini.”
Demikian pula doa beliau terhadap
Abdullah bin Jafar, “Ya Allah, jadikanlah pada keluarga Jafar kebaikan,
dan berkahilah Abdullah pada tangan kanannya.”
“Ya Allah, berilah kepada Anas bin Malik harta dan anak yang banyak, dan berkahilah kepada yang engkau berikan kepada mereka.”
Dan doa beliau terhadap Abdullah bin Abbas, “Ya allah pahamkanlah dia dengan agama, dan pahamkanlah dia dengan tafsir.”
“Ya Allah, berilah kepada Anas bin Malik harta dan anak yang banyak, dan berkahilah kepada yang engkau berikan kepada mereka.”
Dan doa beliau terhadap Abdullah bin Abbas, “Ya allah pahamkanlah dia dengan agama, dan pahamkanlah dia dengan tafsir.”
Dan termasuk hal yang harus kita
perhatikan dalam pendidikan anak kita adalah jangan sampai kita mengeluarkan
suatu ucapan yang jelek, bagaimanapun keadaan kita. Ketika Rasulullah mendengar
seseorang melaknat untanya, maka Rasulullah bertanya kepada sahabatnya, “Siapa
yang tadi melaknat ?, saya, turunlah engkau dari untamu, jangan engkau
menyertai kami dengan sesuatu yang telah dilaknat, janganlah kalian mendoakan
keburukan bagi diri diri kalian, anak-anak, dan harta kalian, jangan sampai
ketika kalian berdoa kejelekan tersebut bertepatan dengan waktu yang Allah
mengabulkan doa tersebut.”
Terimakasih,
Wassalamu'alaikum Wr.
Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar