Minggu, 09 September 2012

‎40 AKIBAT MAKSIAT YANG SANGAT MENAKUTKAN

‎40 AKIBAT MAKSIAT YANG SANGAT MENAKUTKAN

♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ^_^

Segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada makhluk termulia, Muhammad bin Abdullah beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Amma ba'du:

Sungguh dosa dan kemaksiatan itu akan dibayar spontan di dunia sesuai dengan masyi-atillah. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauzi telah menghitung dan ternyata ada kurang lebih 40 balasan bagi pelaku sebuah kemaksiatan.

Saya kutip dan tulis dalam sebuah bulletin mungil, agar seluruh lapisan mengetahuinya dengan mudah. Ibnul Qayyim Al-Jauzi menuturkan, bahwa efek kemaksiatan itu sebagaimana berikut:

1. Tidak mendapatkan ilmu. Sebab ilmu itu adalah nur yang diberikan Allah ke suatu hati, sedangkan maksiat itu berfungsi mematikan nyala nur tersebut. Imam Malik pernah berkata kepada Imam Syafi'i muridnya: Sungguh aku telah melihat Allah memberikan nur ke hatimu, maka jangan engkau matikan dengan kemaksiatan.

2. Kehilangan jatah rizkinya. Nabi bersabda: "Sungguh seseorang bisa tidak mendapatkan rizkinya sebab dosa yang dilakukannya." (HR. Ahmad dan Hakim dari Tsauban)

3. Pelaku maksiat akan mengalami kegersangan jiwa terhadap Rabbnya. Dia akan kehilangan kelezatan ma'iyatillah, padahal hal ini tidak bisa dinilai dengan kenikmatan duniawi. Jika semua kelezatan duniawi disatukan tidak akan bisa mengobati kekeringan jiwa seseorang.

4. Dia juga akan merasa buas dengan sesama, utamanya dengan para pelaku kebaikan. Semakin kuat rasa kebuasannya semakin jauh dia dengan manusia baik.

5. Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal.

Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan way out dari segala urusannya. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka Allah mejadikan segala urusanya menjadi lebih mudah."

6. Pendosa ini akan mendapati kegelapan hati. Ia merasakannya seperti saat berjalan pada malam kelam. Pertama kali akan tampak secara lahiriyah di matanya, lalu menjalar ke mukanya dan akhirnya akan diketahui oleh semua orang.

7. Kemaksiatan bisa melemahkan badan dan hati seseorang. Maka dari itu, ia tidak memiliki keteguhan hati dan juga akan terlihat loyo saat kegentingan yang memerlukannya walau kelihatan tegap badan dan ototnya.

8. Kehilangan ketaatan dan banyak pahala. Karena dengan dosa tersebut, ia terhalang untuk melakukan berbagai ketaatan. Padahal sebuah amal ketaatan itu jauh lebih baik daripada dunia seisinya.

9. Kemaksiatan mengurangi jatah umur dan menghilangkan keberkahannya. Karena amal kebajikan itu menambah umur seseorang maka kemaksiatan (amal bejat) dapat mengurangi usia. Rahasianya, usia seseorang adalah waktu hidupnya. Sedangkan hidup tidak berarti kecuali dengan berbakti (beribadah) kepada Penciptanya, merasa nikmat dengan mencintai dan mengingatNya serta lebih mendahulukan ridhaNya.

10. Kemaksiatan menumbuhkan benih-benih dosa. Sebagian ulama berkomentar: Termasuk balasan amal buruk (maksiat) adalah amal buruk berikutnya. Sedangkan balasan amal baik (hasanat) ialah amalan baik selanjutnya.

11. Kemaksiatan melemahkan keinginan pelakunya. Karena maksiat itu akan menguatkan keinginan berbuat dosa dan melemahkan keinginan bertobat.

12. Menganggap kemaksiatan sebagai hal yang biasa. Lalu lenyaplah rasa benci kepadanya dan bahkan berubah menjadi suatu tradisi. Pelakunya menjadi apatis tidak menghiraukan suara dan pandangan masyarakat.

13. Kemaksiatan salah satu faktor jatuhnya di mata Tuhan dan masyarakatnya. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada lagi yang memuliakannya." (QS. Al-Hajj: 18)

14. Kesialan akan menghantui pelakunya.

15. Kemaksiatan mewariskan kehinaan. Karena kehormatan dan kemuliaan itu berada pada naungan taat kepada Allah. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang menginginkan kemuliaan, sesungguhnya seluruh kemuliaan itu hanya milik Allah." (QS. Fathir: 10)

16. Kemaksiatan merusak otak. Karena pikiran itu memiliki nur sedangkan maksiat fungsinya adalah memadamkan nur tersebut. Jika nur pikiran padam maka berkuranglah kebriliannya.

17. Jika dosa-dosa banyak menumpuk, maka akan lengket di hati pelakunya dan menjadikannya orang yang lalai. Sebagian ulama menafsirkan ayat yang artinya: " ... " (QS. Al-Muthoffifin: 14) dengan: Dosa di atas dosa.

18. Pelaku kemaksiatan masuk dalam rangkaian laknat Rasulullah . Maka sungguh amat merugi manusia yang didoakan buruk oleh orang yang amat mustajab doanya.

19. Dia juga kehilangan peluang untuk mendapatkan doa baik dari Rasulullah dan para malaikat.

20. Dosa dan kemaksiatan itu termasuk faktor utama dalam kerusakan bumi. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah tampak jelas kerusakan di daratan dan lautan sebab tingkah polah manusia (dengan dosanya) agar merasakan akibat tindakannya tersebut dan mau kembali." (QS. Ar-Rum: 11)

21. Juga bisa mematikan api kecemburuan dalam hati. Padahal ghirah itu merupakan energi dan penawar hati. Manusia termulai adalah yang paling hebat kadar ghirahnya, utamanya pada diri sendiri , keluarga dan seluruh umat.

22. Kemaksiatan bisa menghilangkan sifat malu. Malu merupakan inti kehidupan hati seseorang dan pangkal segala kebaikan. Jika hilang, maka ia kehilangan banyak hal. Nabi bersabda: "Rasa malu itu adalah kebaikan seluruhnya." (HR. Muslim)

23. Demikian pula dapat melemahkan rasa pengagungan terhadap Allah dalam hati seseorang dan menghilangkan kewibawaanya di mata manusia. Karena termasuk balasan dari meremehkan Allah adalah dicabutnya kewibawaan di mata orang lain, baik ia rela atau tidak. Akhirnya ia tidak memiliki harga di mata mereka.

24. Kemaksiatan termasuk salah satu faktor dilupakan Allah dan dibiarkan bergelimang dengan hawa nafsu dan setannya. Maka dari itu, kebinasaan dan kehancuran saja yang akan didapat. Allah berfirman yang artinya: " Waha orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah, hendaknya seseorang itu melihat apa yang telah dipersembahkan untuk esok dan sekali lagi bertakwalah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah Maha Tahu mengenai apa saja yang kalian kerjakan. Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah melupakan jiwa mereka. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (QS. Al-Hasyr: 18-19)

25. Dosa dan maksiatu itu memperlemah jalan seseorang menuju Allah dan akhirat dan bahkan menyebabkannya terputus.

26. Dosa-dosa itu juga bisa menyingkirkan nikmat dan mendatangkan bencana. Karena termasuk balasan buruk bagi pelakunya adalah menghilangkan kenimatan yang datang dan memutus aliran nikmat yang akan diterima. Oleh karenanya, seorang hamba selalu dalam kenikmatan selama tidak melanggar dosa dan tidak mendapati malapetakan melainkan karena dosa pula. Allah berfirman yang artinya: "... " (QS. Al-Anfal: 53) seorang penyair bersenandung:

Jika anda dalam kenikmatan maka peliharalah,
karena kemaksiatan itu menghilangkan kenikmatan-kenikmatan,
Hapuslah kemaksiatan tersebut dengan menaatiNya..,
karena siksa dan ancamanNya amatlah cepat

27. Sebab kemaksiatan, Allah menimpakan ketakutan dan rasa kecut di hati pelakunya. Karena ketaatan itu adalah benteng Allah yang agung, siapa saja yang memasukinya akan mendapati jaminan keamanan dari siksa dunia dan akhirat. Sedangkan pelaku kemaksiatan tidak terlihat kecuali dalam kondisi penuh ketakutan dan kehawatiran, sebab dihantui perasaan dosanya terus menerus.

28. Kemaksiatan itu membelokkan hati seseorang dari komitmen dan konsisten kepada inhiraf (melenceng) dan sakit. Sungguh, pengaruh hati itu amat besar seperti sakit atas badan seseorang. Bahkan dosa-dosa itu pada hakikatnya adalah penyakit hati yang hanya bisa sembuh dengan meninggalkannya.

29. Kemaksiatan itu mematikan mata hati, meredupkan cahayanya, menutup jalan ilmu dan menghalangi pintu hidayah.

30. Kemaksiatan mengkerdilakan jiwa dan menjadikannya hina dina. Sebaliknya amal taat mengembangkan jiwa, membersihkan dan membesarkannya. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah berbahagia orang yang ..." (QS. As-Syams: 9-10)

31. Dosa juga menjatuhkan kedudukan seseorang di sisi Allah dan di mata manusia. Karena orang termulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa, sedangkan yang paling dekat denganNya ialah orang yang paling taat kepadaNya.

32. Kemaksiatan merampas nama terpuji dan kemuliaan. Maka ia kehilangan predikat mukmin, pelaku kebaikan dan orang yang bertaqwa. Tapi mendapatkan predikat pendurhaka, fasik, penzina, pemabok dll.

33. Kemaksiatan memutus tali hubungan seseorang dengan Rabbnya. Jika hal itu terputus, maka terputuslah aliran kebaikan dan hanya menemui semua faktor keburukan.

34. Kemaksiatan menghapuskan keberkahan-keberkahan, baik keberkahan umur, rizki, ilmu, pekerjaan dan ketaatan. Secara keseluruhan menghilangkan keberkahan agami dan duniawi.

35. Kemaksiatan menjadikan pelakunya hina dina. Padahal memiliki peluang menjadi lebih terhormat. Nabi bersabda: "Aku diutus dihadapan hari Kiamat. Rzkiku berada di bawah tombakku dan ditimpakan orang yang tidak menaatiku kehinaan dan kekerdilan." (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)

36. Kemaksiatan menarik makhluk lain untuk lebih berani kepada pelakunya. Maka dari itu, setan lebih berani menimpakan penyakit, kesesatan, waswas, kesedihan dan kesusahan. Demikian pula setan manusia dan hewan lain.

37. Kemaksiatan itu menghianati pelakunya dalam hal yang amat diperlukannya. Baik itu dalam mendapatkan ilmu, lebih mementingkan sesuatu yang remeh daripada yang lebih mulia.

38. Maksiat bisa menjadikan lupa pelakunya terhadap dirinya sendiri. Jika ia melupakannya maka akan menyia-nyiakan, merusakkan dan menghancurkannya.

Allah berfirman yang artinya: " Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19). Juga dalam ayat: "Mereka lupa Allah, maka Allah lupa mereka." (At-Taubah: 67)

39. Maksiat menjauhkan diri pelakunya dari para penolongnya. Maka ia akan lebih dekat kepada setan.

40. Termasuk efek maksiat adalah kehidupan sulit di dunia, kubur dan siksa pedih di akhirat. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang berpaling dari mengingatKu, maka sungguh ia akan menemui kehidupan susah." (Thoha: 124)

Ini semua adalah aneka efek maksiat dan dosa. Orang yang menggunakan akalnya akan merasa cukup untuk bertaubat dan kembali kepada Allah dengan salah satunya saja. Maka sungguh amat layak untuk seorang muslim untuk segera bertobat secara benar. Allah berfirman yang artinya:

" Katakanlah, Waha para hambaKu yang telah menzalimi dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun dan Maha penyayang." (az-Zumar: 53)

Nabi bersabda: "Bahwasanya Allah membentangkan kedua Tangannya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan membukanya pada siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada malam hari."

Jauhilah tobat yang bohong yang hanya dibibir saja, sementara hatinya selalu ingin melakukan kemaksiatan. Jangan anda anggap remah suatu kemaksiatan, karena sebab kemaksiatanlah bapak dan ibu kita dikeluarkan dari Surga. Juga penyebab Iblis dikeluarkan dari lingkungan malaikat.

Demikian pula yang menyebabkan disiksanya kaum 'Ad, kaum Tsamud dengan suatu teriakan, kaum Luth, kaum Nabi Syu'aib, Fir'aun dan pengikutnya serta maksiat merupakan penyebab segala bencana yang menimpa manusia.

Dan akhirnya, wa shallallaahu 'alaa Muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii wa sallam...

Wallahua’lam bish Shawwab....
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya ....
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ...

Selasa, 26 Juni 2012


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informatika

Mata Kuliah  :           FOTOGRAFI

Kegiatan         :           1. Perkuliahan
                                    2. Praktik
                                    3. Presentasi Karya
                                    4. Ujian Mid (Presentasi/Pameran)
5. Ujian Akhir Semester (Pameran)

Silabus:
Studi tentang fotografi, dengan pendekatan teoritis dan teknis serta estetik. Pembahasan merupakan pengenalan pada teknik fotografi dasar dan aplikasinya  baik pada pemotretan outdor serta indoor dengan peralatan studio.

SEBARAN MINGGUAN

  1. Pengantar umum mengenai isi perkuliahan diteruskan dengan penjelasan tentang sejarah fotografi baik di Indonesia dan luar negeri serta penggunaannya yang menunjang bagi kehidupan masyarakat luas.

  1. Mengetahui jenis-jenis kamera (berdasarkan format film dan cara kerjanya) dan dan lensa serta memahami anatomi kamera. Memahami komponen pokok pada kamera (gelang kecepatan, diafragma dan ASA), dan mampu mengoperasikan kamera dengan baik.

  1. Mempelajari tentang teknik dasar pencahayaan, macam-macam pencahayaan baik alam maupun buatan serta karakter dan kegunaan masing-masing (Slide show). Penjelasan terhadap karya-karya foto yang dibuat dengan menggunakan berbagai macam arah datangnya sinar sebagai contoh dalam melakukan pemotretan baik indoor maupun outdoor.(Slide show).

  1. Mempelajari ruang tajam (luas dan sempit) dan penggunaannya, serta efek yang ditimbulkannya.

  1. Melaksanakan praktek pemotretan berdasarkan materi yang sudah diberikan pada pertemuan pada minggu-minggu sebelumnya, baik outdoor.

  1. Menjelaskan dan evaluasi terhadap hasil karya foto yang sudah dibuat. (Slide Show).

  1. Mengenal jenis-jenis komposisi fotografi serta efek yang ditimbulkan sesuai implementasi ide yang akan disampaikan dalam bentuk visual.

  1. Slide Show karya-karya foto sebagai contoh penataan dan pemanfaatan komposisi fotografi dan dilanjutkan pemotretan outdoor oleh mahasiswa yang dipandu oleh dosen.   
8. Test mid-semester (wajib) (mengumpulkan karya hasil hunting foto).

 
  1. Mengenal fotografi panggung serta metode pemotretan, dan foto studio. (Slide Show).

  1. Mempelajari tentang penggunaan fotografi untuk keperluan pemberitaan (Fotografi Jurnalistik), dan teknik dasar pembuatan fotojurnalistik (5W+1H).

11-14. Monitoring dan konsultasi karya foto.(Slide show).

15. Final exam. Menyususun materi tugas fotografi yang akan digunakan untuk pameran bersama. 






























KEPUSTAKAAN:

1. William S. Johnson, (2002), 1000 Photo Icons-George Eastman House, Koln, Taschen.
2. Naomi Rosenblum,(1989), A World History of Photography, Revised Edition, New York, Abbeville Press.
4. Yudhi Soerjoatmojo, Awal Fotografi Modern Indonesia, (2002), TEMPO,”Hidup 1000 Tahun lagi, EDISI KHUSUS, Jakarta, PT Temprint.
5. Peter Chapentier- Johan Den Ouden- Jan Visser, 2002, Motif Untuk Foto Anda, Disunting oleh RM Soelarko, Dahara Prize, Semarang.
6. Soedarso Sp,  TRILOGI SENI: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni, BP ISI, Yogyakarta.
7. Agus Sachari, (2002) Estetika:Makna, Simbol dan Daya, Penerbit ITB.
8. Irving Penn, (1970), Personality in Portraits: The Camera, By the editors of Time-Life Book, Time Life International.
9. Nancy Brown, (1986), Photographing Women: Photograhing People for Advertising, Amphoto, An Imprint of Watson. Guphill Publication, New York.
10. Makarios Sukojo, (1992), “Seni Merekam Ekspresi”. Foto Media no. 7/III.
11. Carl Mydaus, (1977), dalam Soekarno, Pemotret sebagai Sutradara. Foto Indonesia 50, th.IX Nomor 50 September.
12. Soeprapto Soedjono, (2006), Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
13. Garnadi Prawiri Sudirjo,  (1976), Warna dan Makna, Penerbit Ganaco Jakarta.
14. Ed Zoelverdi, (1999), Melihat untuk Berjuta Mata, Makalah Pelatihan Foto Jurnalistik Propinsi Jawa Tengah, Semarang.
15. Time-Life Books,(Editor), (1972), Photojournalism, TIME-LIFE International, Nederland.
16. John Heogecoe.
                The Fotographer’s Hand Book,(1997), Third Edition Revised. New York, Alfred A. Knopf.

17. Prop. Dr. R.M Soelarko, (1990), Komposisi Fotografi. Jakarta, Balai pustaka.

Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Anak Umat Islam


Assalamu'alikum Wr. Wb..

Allah telah memberikan amanah yang sangat besar di dalam kehidupan kita. Dimana amanah tersebut seharusnya kita tunaikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Nya. Amanat tersebut berupa anak yang telah diberikan kepada kita, kita telah diperintahkan untuk melepaskan diri, keluarga, dan termasuk anak kita dari api neraka jahannam.
“Wahai orang orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, padanya ada malaikat yang kasar, mereka tidaklah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.”
Allah telah menjadikan kita sebagai pemimpin bagi keluarga kita, yang tentunya kita juga akan dimintai pertanggung jawaban. Maka seharusnya suami dan istri saling bekerjasama dalam membina keluarga, karena masing-masing akan dimintai pertanggung-jawaban.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung-jawaban, maka seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang budak adalah pemimpin pada harta majikannya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, maka ketahuilah bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban.”
“Allah telah mewasiatkan di dalam perkara anak-anak kalian”
Maka orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan keturunannnya, jangan sampai dia dan keturunannnya mendapatkan kemurkaan dari Allah. Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang shalih. Rasulullah bersabda dalam hadits Ibnu Abbas dalam riwayat Tarmidzi
“Wahai anak kecil, sesungguhnya aku mengajari engkau beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan Allah di hadapanmu, apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah kepada Allah”
Dalam hadits ini menunjukkan perhatian beliau yang besar dalam mendidik anak kaum muslimin. Terlebih bagi mereka yang telah menjadi kepala keluarga, wajib bagi mereka mengajarkan agama Allah baik berupa tauhid, akhlaq, adab, dsb karena semuanya adalah tanggung jawab dari orang tua. Saat rasulullah melihat seorang anak kecil yang makan dengan adab yang jelek, maka beliau bersabda
“Wahai anak kecil, apabila engkau makan maka bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, makanlah mulai dari yang dekat denganmu.”
Demikianlah Rasulullah memberikan pelajaran kepada anak-anak kaum muslimin dengan pelajaran yang diperintahkan oleh Allah. Sebelum datang suatu hari yang menghancurkan dunia ini, hari dimana seseorang akan lari dari saudaranya sendiri, dari bapak dan ibunya, dan dari istri dan anak-anaknya. Pada hari inilah kita mempertanggung jawabkan kehidupan kita di dunia, kita tidak bisa lagi mendidik anak-anak kita karena kesempatan tersebut hanya di dunia saja. Pendidikan anak-anak perlu kita perhatikan karena merekalah kebahagiaan atau kesedihan bagi kita.
“Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian adalah fitnah”
Karena itu disamping kita mendidik dan mengarahkan anak-anak kita kepada Islam, tentunya kita tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah. Karena yang dapat memberikan hidayah hanyalah Allah. Allah yang akan menentukan mereka mendapat petunjuk atau menjadi tersesat.
Ketika Nabi Isa baru lahir dan ditanya oleh Bani Israil, maka Nabi Isa menjawab, “sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Allah yang telah memberikan kepadaku Al Kitab dan menjadikan aku sebagai Nabi. Dan menjadikan aku diberkahi dimanapun aku berada, dan Allah yang mewasiatkan kepadaku untuk menegakkan shalat dan zakat selama aku masih hidup.”
Kemudian dari pernyataan Nabi Isa tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah-lah yang telah menjadikan beliau sebagai orang yang shalih, sebagai seorang Nabi, dan sebagai orang yang menerima kitab suci. Kemudian perkataan Nabi Isa yang lainnya:
“Dan Allah yang telah menjadikan aku sebagai anak yang berbakti kepada orang tuaku dan tidak menjadikan aku sebagai orang yang keras dan kasar.”
Maka apabila kita mengetahui hal ini seharusnya kita berusaha sebaik-baiknya, memohon pertolongan kepada Allah, agar anak keturunan kita dapat menjadi generasi yang shalih. Pertolongan dari Allah kita perlukan karena hidayah itu hanya datang dari Allah, bahkan Nabi Nuh tidak dapat memberikan hidayah kepada anaknya.
Berkata Nabi Nuh terhadap anaknya, “Wahai Anakku, marilah berlayar bersamaku, dan janganlah kamu bersama orang yang kafir”, jawab anaknya, “Aku akan berlindung ke puncak gunung yang dapat menjauhkan aku dari air”. Nabi Nuh berkata, “Pada hari ini tidak ada yang dapat terjaga dari perintah Allah kecuali yang disayangi oleh Allah. Wahai Rabbku sesungguhnya anakku adalah termasuk dari keluargaku, dan sesungguhnya janjimu adalah benar dan engkau adalah Dzat yang maha bijaksana”, jawab Allah, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk dari keluargamu, karena dia beramal yang tidak baik. Maka jangan engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu di dalamnya, sesungguhnya Aku mengingatkanmu agar engkau tidak termasuk orang-orang yang bodoh”, jawab Nabi Nuh, “Wahai Rabbku, kalau seandainya engkau tidak mengampuni dan dan menyanyangi aku maka benar benar aku akan menjadi orang orang yang merugi.”
Akan tetapi seorang anak yang shalih dapat menjadi sebuah permata yang sangat indah. Seperti Nabi Ismail terhadap Nabi Ibrahim, ketika Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu? Wahai Bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan niscaya engkau akan mendapatiku termasuk orang orang yang bersabar.”
Lihatlah bagaimana jawaban dari anak yang shalih kepada bapak yang shalih, padahal mereka berdua diperintahkan untuk mengerjakan suatu hal yang sangat berat. Demikianlah kisah dari keluarga yang shalih, apabila seorang anak telah dijadikan sebagai seorang yang shalih oleh Allah, maka hal tersebut mungkin akan menjadi sebab baiknya kedua orang tuanya, tetapi apabila anak tersebut jelek, mungkin hal tersebut akan menjadi sebab kekafiran kedua orang tuanya.
Sebagaimana Allah telah mengingatkan kita dalam kisah Nabi Khidr dan Nabi Musa. Ketika Allah memerintahkan Nabi Khidr untuk membunuh seorang anak kecil, kemudian nabi Musa berkata, “Kenapa engkau membunuh seorang jiwa padahal dia tidak membunuh jiwa yang lain ?, sungguh Engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar”, jawab Nabi Khidr, “Bukankah sudah aku katakan bahwa Engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku ?”.
Kemudian di akhir kisah Nabi Khidr menjelaskan alasannya. Beliau melakukan hal tersebut karena anak kecil yang beliau bunuh sesungguhnya memiliki dua orang tua yang shalih. Dan beliau takut anak tersebut akan memaksa kedua orang tuanya menuju kekafiran, maka beliau ingin agar Allah memberikan ganti anak yang lebih shalih dan lebih penyayang kepada kedua orang tuanya.
Pada ayat ini disebutkan bahwa seorang anak dapat menjadi sebab kekafiran kedua orang tuanya. Maka anak adalah jaminan terhadap kelurusan agama kita, oleh karena itu barang siapa yang ingin istiqomah di dalam agama ini, maka hendaknya dia mendidik anaknya dengan keshalihan, karena hal tersebut diharapkan menjadi penyebab Allah memberikan kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Khutbah ke dua.
Dan termasuk kebiasaan orang yang shalih adalah berdoa agar keturunannya diperbaiki agamanya.
“Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami dari istri dan anak sebagai pelembut dan penenang jiwa kami. Dan jadikanlah kami semua (suami, istri dan anak) sebagai pemuka orang yang bertakwa.”
Rasulullah mendoakan Hasan dan Usamah bin Zaid dalam hadits riwayat imam Bukhari, “Ya Allah, sesunggguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah kedua anak ini.”
Demikian pula doa beliau terhadap Abdullah bin Jafar, “Ya Allah, jadikanlah pada keluarga Jafar kebaikan, dan berkahilah Abdullah pada tangan kanannya.”
“Ya Allah, berilah kepada Anas bin Malik harta dan anak yang banyak, dan berkahilah kepada yang engkau berikan kepada mereka.”
Dan doa beliau terhadap Abdullah bin Abbas, “Ya allah pahamkanlah dia dengan agama, dan pahamkanlah dia dengan tafsir.”
Dan termasuk hal yang harus kita perhatikan dalam pendidikan anak kita adalah jangan sampai kita mengeluarkan suatu ucapan yang jelek, bagaimanapun keadaan kita. Ketika Rasulullah mendengar seseorang melaknat untanya, maka Rasulullah bertanya kepada sahabatnya, “Siapa yang tadi melaknat ?, saya, turunlah engkau dari untamu, jangan engkau menyertai kami dengan sesuatu yang telah dilaknat, janganlah kalian mendoakan keburukan bagi diri diri kalian, anak-anak, dan harta kalian, jangan sampai ketika kalian berdoa kejelekan tersebut bertepatan dengan waktu yang Allah mengabulkan doa tersebut.”
Terimakasih,
 Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Pesan Kemanusiaan Haji dan Kurban


Pesan Kemanusiaan Haji dan Kurban
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Pagi ini umat Islam di Tanah Air dan kita semua yang berkumpul di masjid/halaman masjid ini bersama-sama melakukan perayaan keagamaan (shalat Idul Adha dan setelahnya kita lanjutkan dengan menyembelih hewan Kurban). Kita kumandangkan takbirtahmid dan tasbih untuk mengagungkan, memuji dan mensucikan Allah,  dzat yang  kita cintai melebihi segala-galanya.
Dalam kesempatan Idul Adha atau Idul Qurban ini, khatib ingin mengajak kepada  para jamaah untuk bersama-sama memahami kembali  makna haji dan qurban.
Salah satu pesan pokok ibadah haji yang disimbolkan melalui ritual thawaf,  yaitu agar kita tidak memandang rendah terhadap orang lain yang mungkin status dan kedudukannya di bawah kita. Sebab di hadapan Allah terkadang orang yang dipandang  rendah oleh sesama manusia justru dimuliakan dan ditinggikan derajatnya, seperti Hajar isteri Ibrahim.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Allahu Akbar2 Walillahilhamd
Di dalam al-Qur’an surat Ali Imran, 3/96, Allah SWT berfirman,
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
Artinya:  Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Qs. Ali Imran, 3/96)
Ayat ini menjelaskan bahwa Rumah Ibadah yang pertama kali dibangun ialah Baitullah (Ka’bah) yang ada di Mekkah. Ayat ini sekaligus sebagai bantahan terhadap  Ahli Kitab yang  mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitulmakdis.
Konon sewaktu Nabi Adam diusir dari surga dengan segala kesedihannya, ada satu yang paling disedihkan,  bahwa ia tidak lagi secara spiritual bisa mengikuti ibadahnya para Malaikat. Yaitu, berkeliling mengitari Singgasana Allah (‘Arasy). Kemudian menurut cerita itu, Adam dihibur oleh Allah dengan dibolehkannya membuat Ka’bah sebagai tiruan ‘Arasy (Singgasana Allah) dan di tempat  itulah Nabi Adam melakukan ritual mengelilingi Ka’bah, yang dinamakan thawaf.
Sebagai bangunan tua, al-Qur’an juga menyebut dengan al-Bayt al-Atiq (rumah suci yang tua). Jadi Ka’bah adalah bangunan kuno (bahasa Inggris Antique) yang memiliki nilai sejarah tinggi karena merupakan Rumah Ibadah yang mula-mula dibangun. Karena Ka’bah dibangun dengan material seadanya sehingga tidak tahan lama, maka ketika ada banjir Ka’bah runtuh dan pondasi bangunan rumah ibadah ini tertutup pasir, Nabi Ibrahim dan Ismail AS kemudian membangun kembali, seperti difirmankan  Allah, (Qs. Al-Baqarah, ayat 127)
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Maasyiral Muslimin
Sidang Idul Adha Rahimakumullah
Allahu Akbar2 Walillahilhamd
Di tepi Ka’bah terdapat bangunan yang kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Baitullah itu ialah Hijir-Ismail,  sehingga bangunan ka’bah seolah melebar dan mengarah ke Hijr-Ismail. Tentang Hijr-Ismail ini, sebagian mengartikan dengan batu Ismail, karena pada batu ini dulu Ismail membantu ayahnya meninggikan bangunan Ka’bah. Karena di sekitar Ka’bah juga terdapat maqam Ibrahim, yaitu sebongkah batu yang di atasnya ada bekas telapak kaki Ibrahim. Di atas batu itulah Ibrahim berdiri dan meletakkan batu pertama Ka’bah (Hajar Aswad) dan seterusnya ia berdiri di atas batu itu untuk meneruskan pembangunan Ka’bah. Karena itu bisa dipahami juga kalau Hijr Ismail adalah batu Ismail.
Riwayat lain mengatakan bahwa Hijr-Ismail yang dimaksud adalah Hajar-Ismail (Ibu dan Anak), yaitu Hajar isteri nabi Ibrahim dan ibu yang melahirkan Ismail. Karena perjuangan, kesabaran dan kepasrahannya dalam mengasuh dan membesarkan Ismail di perbukitan yang tandus. Konon Hajar sempat protes kepada Ibrahim karena ditinggalkan hanya bersama putranya di perbukitan yang tandus itu. Setelah dijawab oleh Ibrahim bahwa ini perintah Allah, maka Hajar menerimah dengan kepasrahan. Karena semua inilah  maka Allah memberikan kemuliaan kepada Hajar dan Ismail untuk membangun rumah di sebelah rumah Allah,   sehingga bangunan ka’bah seolah melebar dan mengarah ke Hajar-Ismail. Bahkan Allah memberikan kemuliaan kepada Hajar dengan diberikan tempat di samping-Nya dan sebuah ruangan di dalam rumah Allah, menjadi tetangga-Nya dan bahkan satu atap rumah dengan-Nya.
Maasyiral Muslimin
Sidang Idul Adha Rahimakumullah
Allahu Akbar2 Walillahilhamd
Ada lorong sempit di antara Hajar-Ismail dan Ka’bah. Ketika thawaf mengelilingi Ka’bah, Allah mengharuskan kita mengitari Hajar-Ismail, dan tidak boleh melewati lorongnya, sebab kalau tidak maka ibadah haji kita menjadi batal atau tidak diterima.
Rumah seorang hamba sahaya, perempuan berasal dari Ethiopia,  berkulit hitam, lemah dan paling hina, tapi seorang Ibu yang penuh pengabdian dan kepasrahan kepada Allah telah menjadi bagian dari Ka’bah, dan akan dikelilingi setiap orang yang thawaf seterusnya dan selamanya. Ini adalah penghargaan sekaligus pelajaran yang sangat berharga bagi para ibu dan kita semua,  agar  tidak memandang rendah orang yang mungkin statusnya di bawah kita.
Inilah kira-kita di antara makna ibadah thawaf yang dilakukan jamaah haji. Yaitu, agar mengingat Hajar-Ismail dan seterusnya bersikap dan bertindak sebagaimana Allah memberikan penghargaan dan penghormatan kepada Hajar-Islmail. Kita tidak boleh memandang remeh apalagi melecehkan orang lain, boleh jadi dihadapan Allah mereka adalah orang-orang terhormat.
Maasyiral Muslimin Sidang Jumat
Rahimakumullah
Prosesi haji yang lain, yaitu wukuf di Arafah. Wukuf di Arafah adalah salah satu ritual haji yang tidak boleh ditinggalkan. Wukuf di Arafah juga mengandung pesan kemanusiaan yang  luar biasa mendalam. Nabi Menegaskan al-Hajju ‘Arafah, artinya orang yang pergi haji harus berkumpul di Arafah adalah dimaksukan untuk meresapi nilai-nilai kemanusiaan universal.  Karena di Arafah itulah didemonstrasikan berkumpulnya segala macam bangsa, dari yang warna kulit putih, kuning sampai yang hitam.  Konon Nabi ketika menyampaikan pidota pada haji wada’, yang kemudian dinamakan dengan Khutbat ul-Wada dilakukan dengan penuh perasaan, yakni agar pidatonya itu benar-benar didengar dan dilaksanakan oleh para shahabat dan umatnya. Sampai-sampai Nabi berpesan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Dan, sekembali dari Arafah sebelum sampai di Mekkah Nabi kembali mengulang pidatonya di satu tempat yang bernama Ghadir Khum (pesimpangan jalan Khum).
Di antara pesan Nabi dalam Khutbat ul-Wada, atau pidato perpisahan itu, karena 3 bulan setelah itu Nabi Wafat, yaitu;
أيها الناس ! الله، الله، في دينكم وأمانتكم ! الله، الله، فيما ملكت أيمانكم!
Wahai manusia! Ingatlah Allah! Ingatlah Allah berkenaan dengan agamamu dan amanat-amanatmu. Ingatlah Allah berkenaan dengan orang-orang yang kamu kuasai dengan tanganmu
Maksud orang yang kamu kuasai dengan tanganmu dalam pidato Nabi tersebut adalah buruh yang yang bekerja pada kita, yang dulu disebut budak. Mengenai perlakuan pada buruh ini, Nabi selanjutnya berpesan kepada kita,
فأطعموهم مما تأكلون، وأكسوهم مما تلبسون، ولا تكلفوهم ما لا يطيقونفإنهم لحم ودم وخلق أمثالكم
Kamu harus memberi makan kepada mereka seperti yang kamu makan. Kamu harus memberi pakaian kepada mereka seperti yang kamu pakai. Dan kamu tidak boleh membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup mengerjakan. Mengapa? Sebab mereka itu adalah daging, darah dan makhluk seperti kamu.
Lalu beliau juga mengatakan dengan nada ancaman,
ألا من ظلمهم فأنا خصمه يوم القيامة، والله حاكمهم
Ingatlah, barangsiapa berbuat zalim terhadap buruhnya (kepada pembantunya) maka akulah musuh mereka di Hari Kiamat dan Allah menjadi hakimnya.
Pesan-pesan Nabi yang disampaikan dalam khutbah wada’ ini agaknya relevan untuk kita angkat kembali, bersamaan dengan maraknya perlakuan majikan terhadap para buruhnya atau majikan terhadap para pembantunya yang melampaui bahkan melanggar hak azasi manusia. Karena itu wukuf di Arafah sesungguhnya tidak saja mengandung makna ritual semata  sebagai rukun haji yang harus dipenuhi. Tapi lebih dari itu mengandung pesan mendalam tentang pentingnya mengembangkan faham kesamaan derajat (egalitarianisme) di antara sesama manusia dan perhatian yang sungguh terhadap urusan agama (terutama shalat),  terhadap para buruh dan/atau para pembantu serta orang-orang yang di bawah tanggung jawab      kita.
Maasyiral Muslimin
Sidang Idul Adha Rahimakumullah
Allahu Akbar2 Walillahilhamd
Perayaan Idul Adha atau Idul Qurban  juga dimaksudkan untuk mengenang dan meneladani pengurbanan Ibrahim dan kesabaran Ismail as menghadapi ujian terbesar kenabian, dan  mereka berhasil melampaui ujian ini sehingga menjadi orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada  Allah SWT.
Al-Qur’an surat as-Shafat, ayat 100-107, dengan ungkapan dan kalimat yang jelas  menceritakan peristiwa dramatik penyembelihan anak oleh bapaknya,  penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim AS.
Surat as-Shafat, ayat 100 dan 101, Allah SWT berfirman,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ  فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيم
Artinya: “Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh (100) Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat penyantun (Ismail as)”(101).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Beberapa riwayat menjelaskan, bahwa ketika Ibrahim sudah berada di puncak tugas kenabiannya, ia merasa sudah semakin tua, semakin kesepian dan sangat ingin  mempunyai keturunan. Usia Ibrahim sudah lebih dari seratus tahun, sementara isterinya tidak dapat memberikan keturunan atau mandul. Karena itu meskipun Ibrahim sangat ingin mempunyai anak, tapi ia tidak terlalu berharap.
Tapi atas kemurahan-Nya, Allah SWT akhirnya memberikan khabar gembira kepada Ibrahim sebagai ganjaran atas kerja kerasnya, waktu dan penderitaan dalam perjuangan selama menyampaikan ajaran Islam. Allah mengaruniai seorang anak (Ismail) dari seorang hamba sahaya (budak) perempuan yang dimiliki Sarah, bernama Hajar. Seorang yang sangat miskin, sangat sederhana dan tidak cukup terhormat, atau tidak memiliki daya tarik  yang dapat menimbulkan kecemburuan dalam hati Sarah, istri  Ibrahim. Karena itu Sarah tidak keberatan kalau Hajar diperistri oleh Ibrahim, yang kemudian memberikan keturunan, yaitu Ismail AS.
Ismail tidak hanya sekedar seorang anak untuk bapaknya, tapi buah hati yang sudah didambahkan sepanjang hidup, dan imbalan bagi kehidupan yang penuh perjuangan. Sebagai anak tunggal Ismail, adalah anak yang sangat dicintai oleh seorang bapak  yang sudah tua yang sudah bertahun-tahun menanggung penderitaan. Karena saking cintanya,  Ibrahim sampai-sampai menganggap Ismail sebagai saudara kandung yang hidup dengan dirinya sebagai seorang petani tua yang hidup di gurun pasir yang tandus.
Karena itu Ismail bagi Ibrahim tidak seperti anak pada umumnya; karena bapaknya telah merindukan kehadirannya selama seratus tahun; karena kelahirannya tidak diduga-duga oleh bapaknya. Ismail tumbuh bagaikan sebatang pohon yang kuat, mendatangkan kegairahan dan kebahagiaan dalam kehidupan Ibrahim. Ismail adalah cinta sekaligus harapan dan masa depan Ibrahim sekaligus keluarganya.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Allahu Akbar2 Walillahilhamd
Di tengah kebahagiaan seperti itu turunlah wahyu, “Wahai Ibrahim! Taruhlah sebilah pisau di leher anakmu dan sembelihlah dia dengan tanganmu sendiri”.  Seperti difirmankan dalam surat as-Shafat ayat 102,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya:  “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau  akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (102)
Dapatkah kita membayangkan betapa terguncangnya Ibrahim, dengan turunnya perintah itu; ia merasakan penderitaan, sakit dan pedih yang luar biasa kalau sampai harus mengurbankan anaknya sendiri, anak satu-satunya. Ibrahim goyah dan hampir-hampir roboh tidak sanggup menghadapi tugas kenabian yang teramat berat ini.
Ibrahim yang sepanjang sejarah perjuangannya dikenal sebagai hamba Allah yang paling setia, pahlawan yang tangguh dalam mengahadapi segala rintangan dan selalu berhasil dalam melaksanakan tanggung jawabnya, sekarang dihadapkan dengan perang melawan dirinya sendiri. Ibrahim dihadapkan pada   konflik batin untuk memilih antara Allah atau dirinya?  Menjadi seorang Nabi atau Bapak? Hidup hanya untuk hidup atau hidup demi tujuan?  Memilih Allah atau Ismailnya?  Ibrahim dihadapkan pada pilihan yang benar-benar teramat sulit.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Ibrahim akhirnya mengambil keputusan tepat, dengan bulat hati menyembelih putranya atas perintah Allah SWT,  sebagaimana difirmankan dalam surat as-Shafat ayat 103-107
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ/ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ /قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ /إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ    /وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya: Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103)Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim (104) Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107).
Konflik batin yang dialami Ibrahim, menggambarkan kelemahan mendasar Ibrahim adalah perasaan cintaannya kepada Ismail yang berlebihan. Inilah yang menyebabkan kebimbangan antara   kecintaannya kepada Ismail atau mengurbankannya untuk meraih cinta Tuhan. Perasaan cinta terhadap dunia secara berlebihan inilah yang juga merupakan titik lemah iman kita. Yang menyebabkan kita serakah terhadap dunia dan enggan berkurban.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Allahu Akbar2 Walillahilhamd
Lalu! Siapa atau apa yang menjadi Ismail kita sekarang? Jabatan, kehormatan, atau profesi kita? Tabungan kita, rumah, kendaraan, keluarga kita, pakaian kita atau bahkan diri kita sendiri? Yang harus kita kurbankan adalah segala sesuatu yang melemahkan iman kita dan meghalangi kita untuk mendengarkan, mengamalkan dan berpihak kepada Allah. Perayaan Idul Qurban adalah mementum penyadaran atas ego dan kecintaan kita terhadap dunia. Kita kembalikan semuanya  kepada Allah, sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan kepada-Nya  kita semua kembali.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan mohon maaf atas segala kekuarangan dan kekhilafannya.

Akhirul kalam wabillahit taufiq walhidayat wassalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu.